Pages

Pages

Jumat, 17 Februari 2012

Yahoo Messenger in Love (Cerpen)

Title : ’Yahoo Messenger in Love’
By : Rei a.k.a Sulistyoningsih
Theme : Adolescent


Thursday, 31 Juli 2008
Culep :
Hari ini aku ingin mengajakmu makan siang. Kenapa kamu menolaknya?

 Rara:
Aku hanya merasa lelah dan sedikit capek. Kenapa? Aku tahu kamu ada di sana. Di sebelah Nanny. Tapi nanti saja kalau kau minta bertemu denganku. Aku tidak mau mengganggu acara makan siang Nanny. Tau? Kalau dia benar-benar menyukaimu, Lep. Sudah setahun dia membicarakannya denganku. Dia begitu semangatnya jika mendengar dan meceritakan semua tentangmu. Aku hanya tidak mau dia kau sakiti begitu saja. Kalau kamu juga merasakan hal yang sama dengannya, katakan saja langsung. Tapi jika kau memang tak pernah punya rasa itu untuknya, cobalah dulu untuk belajar menyukainya. ”Belajar”, Lep! Bukan bermain api. Karena Nanny orangnya sensitif sekali. Kamu tahu itu kan? Aku akan senang sekali jika kau bisa memahami perasaannya.



Culep :
Ra, jangan paksa aku untuk melakukannya. Kamu juga sudah tahu kalau aku tidak pernah punya rasa itu untuknya. Kamu juga tahu aku sudah mencobanya tapi tetap saja tidak bisa. Cinta itu tidak bisa dipaksa, Ra. Semua sikapku ini ada di depannya karena aku berhak sebagai temannya, atau bisa dibilang teman dekatnya yang selalu siap untuk membantu disetiap kesulitannya. Tapi kalau kau memaksaku untuk berpura-pura menyukainya, I mean, ”mencintainya”,itu adalah tindakan yang sangat tidak masuk akal, Ra. Aku tidak bisa!

Rara :
Kamu bisa! Itu bukan hal yang bodoh atau hal yang tidak masuk akal. Kamu hanya butuh waktu untuk menerimanya, Lep. Kamu butuh arus yang panjang untuk menumbuhkan rasa itu untuknya.

Culep : 
Come on, Ra. Jangan bohongi dirimu sendiri kalau kamu ingin bertemu denganku!



Rara :
:-D kenapa kamu bisa percaya diri begitu? Jangan GR!

Culep :
Aku bisa merasakannya, Ra!  Rara menjatuhkan tangannya dari keyboard. Ia berhenti menekan-nekannya untuk menyusun sebuah kalimat yang harus ia susun. Ia menghela nafas berat.

Rara :
Aku rasa kamu butuh dokter psikolog untuk konsultasi masalah rasamu yang sedang error itu, Lep.

Culep : Whatever! Kamu tidak bisa membohongiku, Ra. Karena aku tahu siapa kamu sebenarnya. Kenapa kamu harus mengorbankan perasaanmu sendiri untuk orang lain yang tidak aku cintai, Ra? Kenapa kamu harus berpura-pura tidak pernah mengenalku saat Nanny ada di dekatku? Caramu itu salah, Ra!

Rara Off line ....

***
Thursday, 1 August 2008
Culep :
Kenapa kemaren kamu off tanpa pamit?

Rara :
Laptopku low bat

Culep:
Bukan hanya sekedar alasan belaka, kan?

Rara :
Kalau begitu carikan alasan yang lebih akurat supaya kamu bisa percaya.

Culep: 
:-D Okay, aku percaya kalau nada bicaramu sudah mulai meninggi begitu. 

Rara:
……………………

Culep:
Kemaren aku menyanggupi ajakan Nanny untuk ikut pergi ke Mall bersamanya. Rencananya dia mau beli sepatu high heels lagi untuk acara pernikahan kakak sepupunya.

Rara:
……………………

Culep:
Aku hanya merasa tidak enak kalau menolaknya. Karena dia sudah terlanjur membelikanku sebuah kemeja yang waktu itu sempat aku inginkan. Aku juga tidak pernah menyangka dia tahu seleraku.

Rara :
Bagus! Perkembangan yang bagus!

Culep:
Maksud kamu?

Rara :
Ya teruskan saja. Langkahmu sudah mulai kelihatan jejaknya, Lep. Percaya padaku, kalau kamu sering bersamanya, maka rasamu ”itu” akan terfokus hanya untuknya. Ada alasan lain tidak, yang lebih akurat supaya aku lebih percaya kenapa kamu mau begitu saja untuk mengantarnya ke Mall selain kau telah mendapatkan kemeja impianmu secara gratisan itu?

Culep:
:-D Jangan menyindir. Sebenarnya aku tidak pernah menerima seorang wanita mau membelikan sesuatu untukku, tanpa dia menjadi milikku. Tapi kali ini, aku memang tidak bisa menolaknya. Karena kamu, tentunya!

Rara : ????

Culep:
Kamu telah membohongiku, Ra! Kenapa kamu tidak bilang kalau Nanny sebenarnya mengidap kanker darah?! Dan itu mendekati masa kritisnya! Dan baru kemaren aku tahu saat dia menjatuhkan dengan tidak sengaja kartu konsultasi dokternya.

Rara : ………………….

Culep:
Kenapa diam?

Rara menarik napas panjang.
Rara :
Aku sayang sama dia, Lep. Dan aku hanya ingin melihat dia bahagia dengan semua yang dia inginkan dan dia dapatkan. Itu saja.

Culep:
Dengan cara mengorbankan semua kebahagiaanmu?

Rara :
Tidak semua.

Culep:
Okay! Sebagian dari kebahagiaanmu.

Rara :
…………………………….

Culep:
…………………………….

Rara :
Sorry, aku musti ke ruang meeting sekarang. Kalau mau membicarakan hal ini selebihnya nanti kamu boleh ke rumahku.

Culep:
Tidak penting lagi, Ra.

Rara tercengang membaca balasan dari Culep.

Culep Offline.

Dan ia lebih kaget Culep Offline begitu saja. Tanpa pamit?

***
Tuesday, 12 August 2008
Rara melihat list YM nya yang sedang OL.
Culep Online.
Dia mengembangkan senyumnya dan segera memainkan jari-jarinya di atas keyboard.

Rara :
Aku pikir kamu tenggelam di bawa masa entah ke mana.

Culep :
.......................................

Rara :
Okay... Marah? Really?

Culep:
........................................

Rara :
Lep! Kamu sekarang adalah malaikatku. Hanya kamu yang bisa membantuku untuk membuat lukisan senyum Nanny. Kamulah orang yang bisa membuat hatinya dipenuhi warna, Lep! Kenapa kamu masih mau menolaknya.

Culep:
........................................

Rara :
Sudah seminggu lebih kamu tidak mau lagi menemani Nanny. Makan siang, beli sepatu, beli makanan si Kitty dan apapun itu. Dan selama itu pula Nanny menangis dan merajuk padaku untuk membujukmu. Apa kamu masih tega melihat dia seperti itu?

Culep:
………………………..

Rara :
Okay, Lep! Kalau kamu memang tidak mau memberikan semua rasamu itu untuknya bahkan untuk sebuah kebohongan juga, jujurlah padanya. Tegaskan padanya! Dan berjanjilah padanya untuk menjaganya! Hanya karena kamu sayang padanya. Bukan memilikinya. Sekarang aku benar-benar tidak memaksamu.

Rara menjatuhkan tangannya di samping keyboard. Matanya menatap layar monitor dengan mengeluarkan bendungan air bening.

Culep:
.........................................

Rara Offline.

***
 ”Culep?... kenapa kamu ada di sini?”
Culep hanya tersenyum, senyuman yang di paksa.
”Aku datang untuk melihatmu saja.” Nanny tersenyum senang.
”Apa kamu baik-baik saja?” Nanny mengangguk manja.
”Hari ini kamu tidak masuk kerja, kenapa?” Nanny mulai gugup. Ia meremas-remas jemarinya sendiri.
 “Kamu sakit?” tanya Culep sambil memegang dahi Nanny. Nanny menggeleng.
 ”Aku hanya merasa capek. Sangat capek.”
”Kenapa kamu tidak istirahat saja?” Culep menggeser duduknya sedikit, menjarak dari Nanny.
”Karena kamu datang” Culep hanya melenguh.
”Kalau seandainya bukan aku yang datang?”
”Tapi kenyataannya kamu yang datang”
”Kalau seandainya Rara atau siapa teman dekatmu yang lainnya?”
”Aku ... mungkin aku akan pura-pura tidur”
”Kenapa begitu?”
”Karena aku mencitaimu”
Ohh...Culep mengumpat diri dalam hati. Ia benar-benar merasa risih dengan semua perkataan Nanny. Mereka terdiam sesaat.
”Bagaimana kondisimu sekarang?” tanya Culep datar.
”Kondisi? Aku baik-baik saja” jawab Nanny gugup.
”Baiklah kalau begitu aku akan mengatakan semua ini kepadamu” Nanny diam. Culep menarik nafas sebentar. Ia melirik Nanny.
”Maaf, aku tidak pernah bisa untuk mencintaimu, Nan.” Sekejap Nanny langsung menatap Culep dengan pandangan tak percaya.
”Aku sudah mencobanya. Mencoba untuk tetap meneruskan rasa yang terpaksa ini untukmu. Dan ini demi Rara. Kalau bukan dia yang minta aku pun tidak mau.”
”Tapi, Lep... apa kau akan mengecewakan aku begitu saja? Di tengah hidupku ini?” Mata Nanny mulai berkaca.
“Jangan bawa nama penyakitmu untuk mendapatkan simpati cinta dari orang, Nan. Aku sungguh tidak bisa memaksa cinta yang mengalir begitu saja. Mengalir untuk orang lain. Bukan kamu!” Culep sadar dengan semua yang ia katakan. Dan ia melihat wanita di sampingnya sudah menangis tersedus-sedu.
”Rara telah memperjuangkan semua yang kau mau untuk kau dapatkan. Tapi kau membalasnya dengan setengah hatimu, bahkan tidak sampai setengahnya.”
”Aku...” Nanny mencoba untuk membuka mulutnya.
”Aku dulu memang simpati padamu, sayang dan sedikit perhatianku memang untukmu. Tapi semua itu tidak lebih hanya rasaku sebagai temanmu yang berusaha untuk selalu melindungimu” Mereka terdiam.
”Aku hanya tidak ingin melihatmu lemah di makan penyakitmu itu. Tanpa atau dengan penyakit yang telah menghampirimu itu kau bisa menjadi wanita yang tidak manja dan meluruhkan semua hati orang lain dengan kelemahanmu. Membawa-bawa nama penyakitmu dan menceritakan masa umurmu yang memang tak panjang itu. Aku bukan monster yang tega mengatakan semua ini padamu, Nan. Aku juga punya hati. Tapi hati yang lain, hati yang tak bisa memberikan rasanya untukmu sepenuhnya.”
...........................................
”Tapi aku berjanji pada diri sendiri, terutama pada Rara, untuk selalu menjagamu, menyayangimu, tapi bukan memilikimu."
Culep mengembangkan senyumnya, tangannya bergerak membelai rambut Nanny dan membawa Nanny ke dalam pelukannya.

***
Wednesday, 13 August 2008
Rara :
Tadi malam Nanny meneleponku. Sepertinya dia baru saja menerima sebuah kebahagiaan. Apa yang telah kamu lakukan?

Culep:
Nothing! 

Rara :
Nothing? Adakah alasan lain yang membuatku puas untuk mendengarnya?

Culep:
Just ”Nothing!” 

Rara :
Come on! Aku serius, Lep!

Culep:
Aku sudah mengatakan semua tentang perasaanku padanya. Kalau aku tidak mencintainya.  Aku sudah melakukan apa yang kamu suruh kemaren. Dan sepertinya dia menyadari sesuatu yang hilang darinya.

Rara tersenyum senang. Tapi dia bimbang apakah senang yang ia rasakan karena Culep akan sepenuhnya mencintainya lagi?

................................................

Culep:
Kenapa? Apa masih ada yang kurang?

Rara :
Oh, tidak! Syukurlah kalau akhirnya kau tidak membunuhnya karena kau menolaknya. 

Culep:
:-D Aku juga manusia, Ra. Semua manusia pasti punya hati, naluri, dan perasaan.

Rara :
:-D Aku masih belum percaya kalau kau akhirnya melakukannya.

Culep:
Because of U, Ra... :-)

Rara semakin mengembangkan senyumnya. Ia menjatuhkan tangannya dengan manis di sebelah keyboard dan menyandarkan kepalanya di bahu kursi kerjanya.

Rara :
Gombal! Sekarang giliranku untuk bertanya padamu…

Culep:
..............................

Rara :
Apa hari ini kamu baik-baik saja?

Culep:
Tentu! 

Rara :
Baiklah kalau begitu, aku akan mengatakan semua perasaanku padamu.

Culep:
(senyumnya merekah, seolah-olah hatinya tak bisa berhenti berdetak keras)

Rara :
Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa mencintaimu kalau kamu tidak akan pernah bertemu dan melamarku. 

Culep:
(senyumnya semakin merekah) Akan aku lakukan semua itu, hanya demi kamu, Ra. 


 ~D’ End~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar