ARTI TEMAN DAN PERGAULAN DALAM ISLAM
"Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya" (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad) Sekuat dan sehebat apapun manusia, ia tidak bisa hidup sendirian dan menyepi. Sebagai mana Nabi Adam as yang membutuhkan teman saat ia sendirian di jannah. Walaupun sebagus dan semewah apapun tempat yang manusia punya, sebanyak apapun hartanya, tetap ia adalah manusia yang secara fitrah membutuhkan teman untuk membagi rasa.
Seseorang akan senang berteman dengan yang sesifat dengannya. Boleh dikata teman adalah cermin hidup kita. Apa yang dilakukan teman kita, pasti juga menuntut diri kita untuk melakukannya begitu juga sebaliknya. Apa yang disukai teman kita pasti juga menuntut kita untuk menyukainya pula. Dan banyak hal lainnya yang menuntut kita untuk berusaha mempererat tali persahabatan itu. Sebagaimana diriwayatkan Bukhori, Muslim dan lainnya, dari ‘Aisyah ra bercerita, bahwa ada seorang wanita yang suka masuk tempat orang-orang Quraisy dan membuat mereka tertawa. Lain kali wanita itu tiba di Madinah dan singgah di rumah wanita yang suka membuat orang-orang tertawa.
Nabi saw bertanya "Pada siapakah wanita itu singgah?" Dia menjawab, "Pada seorang wanita yang suka membuat orang tertawa". Maka Nabi saw bersabda, "Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan. Seberapa jauh itu saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan bersatu, dan seberapa jauh mereka tidak saling mengenal, sejauh itu pula mereka akan berselisih".
Dalam proses seseorang mencari teman tidaklah bisa langsung "klop" lalu bisa bersama-sama. Namun, kadang hal itu butuh waktu yang lama. Dalam proses inilah sebenarnya yang akan menentukan bagaimana warna dan corak yang akan dibentuk setelah proses tersebut. Kadang kala apa yang kita berikan kepada teman kita berbeda dengan apa yang diberikannya kepada kita, atau mungkin malahan sebaliknya yang ia berikan sama dengan yang kita berikan. Dari sinilah sebenarnya pengaruh teman mulai terasa.
Bila seseorang tidak sadar akan posisi dan keadaan dirinya, maka bisa jadi ia yang akan diwarnai oleh pengaruh temannya. Bila pengaruh itu baik maka kemungkinan ia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan sebaliknya, Rasulullah saw juga bersabda, "Seseorang itu berada pada agama teman karibnya. Maka hendaklah salah seorang diantara kalian mlihat siapa yang menjadi temannya"(HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Namun apabila ia mengetahui kondisi yang ia jalani, tentunya ia akan menyeleksi setiap proses memberi dan menerima sebagai konsekuensi logis dalam persahabatan. Perbedaan akan ia jadikan sebagai wacana untuk mengetahui dan memajukan dalam proses belajar. Boleh jadi dia mengambilnya bila itu baik, dan apabila itu jelek maka akan segera ia tinggalkan. Begitulah seterusnya, karena pengalaman bersahabat itu takkan pernah putus selama masih ada hubungan antar keduanya.
Jenis Dan Fungsi Teman
Tidak semua orang layak dijadikan menjadi teman. Setiap pencarian sesuatu pasti memiliki tujuan dan manfaat dari apa yang dicarinya. Begitu pula seorang yang akan kita jadikan teman, ia harus memiliki sifat-sifat yang menunjang persahabatan. Sifat ini tergantung pada manfaat yang dituntut dari persahabatan itu, apakah persahabatan itu berorientasi pada dunia, kedudukan, harta atau hanya sebagai teman berbicang.
Ada orang yang mencari teman yang dapat menunjang kepentingan akhirat. Dan sebenarnya orang yang paling bermanfaat bagi kita adalah orang yang memberikan kesempatan pada kita untuk bertindak pada dirinya, sehingga kita bisa menanam kebaikan pada dirinya atau berbuat ma’ruf kepadanya. Orang yang semacam inilah yang paling membantu, memberi manfaat dan menyempurnakan kita. Manfaat yang kita ambil darinya sebenarnya sama dengan yang kita ambil dari kita atau lebih banyak.
Sedang orang yang paling berbahaya bagi kita adalah orang yang memberi kesempatan kepadanya untuk bertindak jelek kepada kita, sehingga kita berbuat durhaka kepada Allah. Dia menjerumuskan kita kepada bahaya dan kekurangan. (Fawa’idul Fawa ‘id, Ibnul Qoyyim Al jauziyyah). Sehingga kita harus tahu siapa jenis-jenis orang yang akan dijadikan sebagai teman. Ketidaktahuan kita untuk membedakan akan membawa kerugian bagi kita.
Jenis tersebut diantaranya:
1. Kelompok orang yang apabila kita bergaul dengannya seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ia dibutuhkan siang dan malam. Jika seseorang telah menyelesaikan keperluannya ia ditinggal, dan jika diperlukan ia datang kembali. Mereka adalah Ulama’, memahami perintah-perintahNya, mengerti tipu daya musuh-musuhNya, dan memiliki Ilmu tentang penyakit hati dan obat untuk menyembuhkannya. Mereka adalah orang yang setia kepada Allah, Rasul, Kitab dan seluruh makhluk. Bergaul dengan mereka adalah keuntungan tang nyata.
2. Kelompok yang bergaul dengan mereka seperti mengkonsumsi obat. Ia dibutuhkan dikala sakit. Selama kita sehat, kita tidak memerlukan pergaulan dengan mereka. Mereka adalah para ahli di bidang muamalat, bisnis dan lainnya. Kita harus bergaul dengan mereka bila urusan maisah atau mata pencaharian kita ingin lancar.
3. Kelompok yang bergaul dengan mereka seperti mengkonsumsi penyakit. Mereka tidak membawa kepada keuntungan dunia atau akhirat, atau salah satunya. Paling tidak bila ia bicara, pembicaraannya sangat menyayat hati orang yang mendengarnya, padahal ia mengira bagai menebar minyak wangi.
4. Kelompok yang membawa kebinasaan total. Ia adalah orang yang mengajak menyelisihi sunnah, aturan Allah swt, mereka adalah penyeru kesesatan dan bid’ah.
Berteman karena Allah
Persahabatan mereka terbentuk karena Allah, berjalan terus karena Allah dan terputus juga karena Allah. "Pada hari kiamat Allah akan berfirman, "Dimanakah orang yang berkasih sayang karena kebesaran-Ku, kini akan Kunaungi di bawah naungan-Ku."(HR Muslim).
Di hadits yang lain Rasulullah saw bersabda, "Tiadalah dua laki-laki saling berkasih sayang karena Allah dan dijalan Allah, melainkan yang paling dicintai oleh Allah dari keduanya adalah yang paling dalam cintanya pada sahabatnya. (HR Thabrani, Abu Ya’la, Ibn Hibban, Al Hakim).
Dari buah persahabatan inilah nantinya seseorang akan merasakan manisnya iman. "Ada tiga perkara, barang siapa yang memilikinya ia merasakan manisnya iman, hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lainnya, mencintai orang lain karena Allah, dan benci kepada kekafiran sebagaimana ia benci jika dilempar ke dalam neraka." (Mutafaqun’Alaihi). Wallohua’lam.
Apabila kita hendak bergaul dengan manusia, jalan yang terbaik adalah bergaul atau bersahabat karena Allah SWT. Inilah persahabatan yang paling bermanfaat di antara tali persahabatan lainnya. Di dalamnya tersimpan petualangan yang sangat menyenangkan. Setiap petualangan mempunyai tantangan dan halangan yang harus mereka hadapi. Namun begitu menghadapi masalah kadang malah menyenangkan karena hal itu akan menjadi bahan materi merekatkan persahabatan.
semoga kita bisa menjaga dari pergaulan yang tercela serta yg jauh dari agama, Amin
BalasHapus